“
Meremehkan lalu diremehkan, menghina lalu dihina, menyakiti lalu disakiti “
begitulah orang – orang menganggap kehidupannya
secara alami mengalami rotasi dan revolusi bak bumi yang mengitari matahari dan
porosnya.
Namun, pernahkah anda berpikir bahwa kendali akan
poros itu berada dalam genggaman tangan anda sendiri dan Tuhan adalah pemulus
jalan yang dirimu pilih sendiri ? pernahkah kamu berpikir untuk mengambil
kesempatan untuk berambisi dalam mewujudkan mimpi pasif yang berakhir semu ?
Kebanyakan orang beranggapan bahwa hidup adalah
sebuah kisah drama yang telah diuntai dengan indah dalam kisah bertajuk takdir
kehidupan, drama yang tak tahu kapan akhirnya maka hanya perlu ditonton dan
dinikmati layaknya air yang mengalir tenang.
Tuhan memang telah menggariskan kisah hidup bagi
tiap insan penghuni bumi, namun garis itu hanyalah sebuah garis lurus yang
dapat kita ubah menjadi bentuk – bentuk yang lebih cantik dengan lukisan tangan
kita sendiri. Ini bukan berarti kita telah berdosa besar dengan menyalahi
takdir. Tidak. Kita hanya berusaha menemukan makna dari lukisan abstrak yang
bernama jati diri. Manusia yang digarisi takdir pada akhirnya akan menjadi
dilema akan siapakah dirinya, inilah penyebab anak – anak remaja menjadi labil
dan mudah terpengaruh sebab mereka tengah dipuncak dilema menemukan siapakah
sosok mereka sebenarnya.
Jadi, sebagai makhluk teristimewa yang dikaruniai
akal sehat dan kecerdasan bukankah kita patut berbangga diri dengan berusaha
keras merenggut mimpi – mimpi dan impian pasif yang sering terngiang dalam
memori.
Nafikan rasa pesimis, bangkitkan ambisi positif dan
optimisme meraih cita sembari merunduk, berdoa mengharap ridho sang pengukir
takdir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar