“ bukan bermaksud mempermainkanmu, aku hanya merasa bingung dengan perasaanku “
Ting!
Denting handphone berbunyi pertanda new message. Aku berpaling dari kesibukan yang menjenuhkan seraya tersenyum memandang tulisan singkat penuh makna.
“ Assalamualaikum, ade! “
Jemari lentikku bergerak cepat merangkai balasan akan sapaan hangat seseorang yang kupanggil kakak.
Salam yang selalu kurindukan hingga menjadi candu yang sulit kunafikan meski berkali – kali berusaha merehabilitasi hatiku yang rapuh.
Kata demi kata membentuk kalimat, kalimat demi kalimat penimbul makna yang sarat akan rasa kagum yang kian kemari berubah menjadi lebih dalam, lebih intim menuntut komitmen bernama cinta.
Aku larut dalam drama yang kini kumainkan. Mengiranya sebuah roleplay dimana aku dan dia hanyalah aktor dan aktris yang berperan layaknya profesional. Seorang ahli yang bahkan tak mengenal istilah baper apalagi merasakannya. Berbangga diri dan merasa tetap berada di zona nyaman. Tapi, zona nyaman itu kini berubah menjadi cambuk ketidaknyamanan, pencetus kegelisahan, penabur kerinduan sarat kecemburuan.
Ketika aku menyadarinya aku bahkan telah jatuh terlalu dalam, semakin dalam terjebak dalam rasa takut. Takut kehilangan sosok ‘dia’ , takut tidak menjadi sempurna, takut tersaingi dan takut ‘ia’ kehilangan rasanya.
“ hati manusia bisa dengan mudah dibolak- balikkan “
Sebuah kalimat jitu yang sekejap mampu menohok hatiku dalam kekhawatiran berlebih hingga timbul istilah rasa bernama cemburu buta. Kekhawatiranku mencapai klimaks yang sulit diantiklimakkan, hingga rasa sayang itu tersurat dalam amarah tiada henti yang dikenal awam dengan sebutan “ ngambek “ .
Keahlianmu sebagai penenang benar – benar luar biasa, mampu membiusku untuk tetap mempercayaimu saja, meyakini akan tekadmu untuk selalu berada di sisiku, menggenggam erat hatiku dalam genggaman cintamu.
Hingga suatu saat ketika kamu mulai mempertanyakan komitmen yang ingin kita wujudkan. Entah mengapa aku tenggelam dalam dilema.
Mampukah aku menjadi pantas di sisinya?
Siapkah aku menjadi lebih dewasa ?
Mampukah aku berjalan tegap di sampingnya ?
Mampukah ?
Rasa pesimisku muncul bak jelangkung yanng tak diundang. Hadir begitu saja, menikam sanubariku yang lemah. Hingga aku putuskan untuk melapasmu, meski hanya di bibir saja. Perindah kata penenang hatiku.
Penenang hati? Tidak. Aku hanya tidak ingin menjadi egois dengan mempertahankanmu dipihakku. Aku hanya takut merasa rendah karena dianggap berniat merusak image malaikat yang melekat erat padamu. Aku hanya terlanjur terluka dengan keraguanmu. Aku hanya menyanggupi keinginanmu untuk ‘berpikir lagi’meski kutahu itu hanya kiasan yang berarti kamu tak menginginkanku lagi.
Maaf, jika kamu merasa aku seorang yang rumit,yang sulit menjadi profesional saat bertatap denganmu.
Aku berusaha menjadi seprofesional dirimu tapi sekelabat saja bayangmu melintas di mataku, aku seakan kehilangan kendali tubuhku. Aku seakan terkena serangan jantung,, tanganku bergetar dan kepala ini sulit untuk menengadah.
Mungkin karena itulah yang perdana selalu menjadi terlalu indah namun bersamaan dengan itu menjadi penyakit kronis yang membunuhmu perlahan...
Minggu, 02 Oktober 2016
A Arrogant Beginner Love
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Situs Taruhan Judi Angka Togel SGP Terbesar
BalasHapus