Risomusa
Jumat, 25 Agustus 2017
Bagi Yang Lebih Mencintai ~
Aku bahagia. bukan karena betapa besar ku dicintai . aku bahagia karena mampu mencintaimu sebanyak ini.
Maafkan aku yang lancang mengukir indah namamu dalam relung hatiku. maaf karena tak henti mengeja tiap huruf namamu dalam doaku.
ntah mengapa hanya melihat siluetmu dari kejauhan membuat hatiku terenyuh haru, memandang kilas cahya matamu buatku terengkuh nyaman dan pandangi senyum ramahmu buatku tak jenuh mengucap syukur. Alhamdulillah ya Allah, kau beri ku kesempatan tuk merengkuh bahagia hanya dengan seulas senyum sederhana....
Karena menjadi yang lebih mencintai, hal kecil pun terasa menawan dan rasa syukurpun menjadi kawan.
#20170824
#Atambua
#Srihyunji
Selasa, 20 Desember 2016
Jika Hujan ....
if rain is an eraser
so I hope the rain can remove any scar in my heart ...
if rain is liquid anesthetic
then will I drink every drop of it
so lost all my heart pain..
비가 지우개 경우 그래서 비가 내 마음에있는
흉터를 제거 할 수 있기를 바랍니다 ...
비는 액체 마취제 인 경우 다음 나는 그녀
때문에 잃은 내 마음의 고통의 방울을 마실 것
jika hujan adalah penghapus maka aku berharap hujan dapat menghapus setiap
goresan luka di hatiku...
jika hujan adalah cairan anestesi maka akan ku minum tiap tetes nya agar
hilang semua derita hati ku
Jumat, 21 Oktober 2016
KLIPING MASALAH - MASALAH GLOBAL DAN SOLUSINYA
Empat Juta Bayi Lahir di Indonesia Tiap Tahun
REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Laju pertumbuhan penduduk
Indonesia mencapai 1,49 persen per tahun. Artinya setiap tahun ada empat juta
bayi lahir di Tanah Air.
Angka ini diungkapkan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) Surya Chandra Surapaty usai membuka seminar dalam
rangka Hari Kontrasepsi Sedunia di Malang, Senin (26/9).
Menurutnya, dengan luas wilayah dan sumber daya alam yang ada di Indonesia, idealnya laju pertumbuhan penduduk hanya sebesar dua juta kelahiran per tahun.
Karena itu, kata Surya. pihaknya mendorong peningkatan akseptor KB untuk mengontrol laju pertumbuhan penduduk. Peningkatan penduduk yang tak terkendalidisebutnya bakal menjadi bom waktu bagi negara yang bersangkutan.
"Jika ketersediaan sumber daya makanan, energi, dan permukiman tidak dapat memenuhi jumlah penduduk yang semakin berlipat maka kerusakan lingkungan makin merajalela," kata Surya.
Saat ini BKKBN mencatat rata-rata kelahiran adalah 2,6 anak per wanita usia subur. BKKBN menargetkan pada 2025 angka kelahiran bisa menurun hingga 2,1 anak per wanita usia subur. Untuk menekan angka kelahiran, BKKBN giat mengampanyekan program Keluarga Berencana (KB).
BKKBN bahkan mencanangkan terwujudnya satu kampung KB di tiap kabupaten. Surya mengklaim sudah ada 470 kampung KB dari 530 kabupaten yang ada di Indonesia.
Akseptor KB di Indonesia sampai saat ini mencapai 59 persen. Surya berharap BKKBN mampu mewujudkan akseptor KB mencapai 65 persen dari total pasangan usia subur se-Indonesia. Penambahan jumlah akseptor KB di antaranya melalui sosialisasi penggunaan kontrasepsi.
Sejauh ini KB suntik adalah yang paling banyak diminati pasangan usia subur. "Kita dorong pasangan usia subur untuk menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang," jelasnya. Metode kontrasepsi jangka panjang meliputi IUD, implan, vasektomi, dan tubektomi.
Komentar :
Masalah
penduduk merupakan masalah yang sudah mendunia. Persoalan ketidakseimbangan
antara pertumbuhan dan jumlah penduduk dengan ketersediaan bahan pangan,
lapangan kerja serta permukiman yang merupakan masalah kesejahteraan, bukan
hanya masalah yang menimpa Indonesia melainkan masalah yang dialami juga oleh
Negara-negara di dunia.
Contoh contoh masalah dalam kaitannya dengan
penduduk dan keluarga berencana adalah meledaknya jumlah penduduk di Indonesia
yang semakin meningkat. Ini disebabkan banyaknya penduduk yang tidak melakukan program KB yang
telah digalakkan oleh pemerintah untuk membatasi meningkatnya jumlah penduduk,
dimana dalam satu keluarga hanya dibolehkan
memiliki 2 anak saja. Kekurangtahuan penduduk ini menyebabkan program ini
kurang berjalan maksimal, terutama untuk masyarakat yang tinggal di desa.
Solusi :
1. Dengan melakukan program Keluarga
Berencana (KB) dengan mengatur jumlah anggota keluarga demi kesejahteraan
masing-masing keluarga.
2. Melakukan
sosialisai atau workshop rutin terkait program Keluarga Berencana (KB) agar
masyarakat memahami betul tentang program ini
3. Pembentukan
kampung KB yang saat ini tengah dicanangkan pemerintah
Kamis, 20 Oktober 2016 | 10:56
[BENGKULU] Hingga
September 2016 lalu, jumlah pengangguran di Provinsi Bengkulu, tercatat
sebanyak 46.700 orang. Pengangguran sebanyak ini tersebar di 10 kabupaten dan
kota di daerah ini.
Keterangan yang
dihimpun SP di kantor Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Bengkulu, Kamis
(20/10) mengungkapkan, dari jumlah 46.700 pengangguran itu, sebanyak 7.290
orang di antaranya berpendidikan sarjana.
Sedangkan sisanya
sebanyak 33.735 orang beragam berpendidikan mulai dari SD, SMP, SMA/SMK dan
diploma II dan III. Pencari kerja sebanyak ini, tersebar di 10 kabupaten
dan kota di Provinsi Bengkulu.
Kepala Dinas Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Bengkulu melalui Kabid Bidang Penempatan dan Perluasan
Kerja. Asirman mengatakan, angka pengangguran dan pencari kerja di daerah ini
setiap tahun terus meningkat. Hal ini terlihat jumlah pengangguran pada 2015
sebanyak 19.197 orang dan sampai September 2016 meningkat menjadi sebanyak
46.700 orang.
Namun, dari jumlah
pengangguran tersebut, yang mengurus kartu kuning di kantor Disnakertrans
Bengkulu hanya sebanyak 19.266 orang. "Mereka yang mengurus kartu kuning
ini merupakan pencari kerja yang terdaftar secara resmi di Disnakertrans
Bengkulu," ujarnya.
Untuk mengatasi
angka pengangguran tersebut, Disnakertrans Bengkulu, telah melakukan berbagai
upaya, antar lain menjalin kerja sama dengan beberapa lembaga pemerintah,
dan perusahaan swasta dalam hal lowongan atau kesempatan kerja.
Dengan cara ini,
para pencari kerja dapat dihubungkan langsung dengan lembaga pemerintah dan
perusahaan tersebut yang membutuhkan tenaga kerja, sehingga angka pencari kerja
di daerah ini dapat berkurang, katanya. Upaya lainnya, Disnakertrans Bengkulu
melakukan berbagai pelatihan dan ketrampilan kepada para pencari kerja,
khususnya lulusan SMA sederajat melalui lembaga balai latihan kerja (BLK) yang
ada di kabupaten dan kota di daerah ini.
Sedangkan jenis
keterampilan yang diberikan kepada para pencari kerja lulusan SMA sederajat
ini, antara lain mekanik mesin, istalatir listrik, menjahit, las dan berbagai
keterampilan lainya. Dengan memiliki keterampilan tersebut, diharapkan mereka
tidak mencari kerja lagi, tapi bisa membuka usaha sendiri. Bahkan, mereka ini
diharapkan bisa menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi orang lain.
Sumber : http://beritasatu.com/
Komentar :
Di setiap negara, khususnya negara-negara sedang berkembang,
pengangguran masih menjadi masalah yang serius. Di Indonesia khususnya angka
pengangguran relatif masih tinggi. Data yang dikeluarkan Bappenas terkait angka
pengangguran ini adalah 6,8% tahun 2005 dan 6,32% tahun 2011. Itu berarti
selama kurun waktu 5 tahun terjadi penurunan angka pengangguran. Hanya saja
tingkat pengangguran angkatan kerjanya, khususnya kaum muda, masih relatif
tinggi.
Solusi :
- Pemerintah mengadakan atau menyediakan lapangan kerja yang tidak terlalu menuntut tingkat pendidikan khusus, melainkan keterampilan. Dalam hal ini, pemerintah dapat menjalin kerjasama dengan pihak-pihak swasta dan dengan investor asing.
- Pemerintah mengubah sistem pendidikan Indonesia dan kurikulum pendidikan, yaitu menerapkan pendidikan berbasiskan entrepreneurship dan bisnis sejak pendidikan tingkat dasar dan pendidikan menengah. Apalagi di era modern ini dan diterapkannya pasar bebas di beberapa kawasan dan bahkan dapat dikatakan sudah mengglobal ini
- Pemerintah menyediakan lembaga-lembaga pembinaan dan pelatihan khusus dan gratis. Ini diperlukan terkhusus untuk mereka yang tidak sempat atau tidak mampu menimba ilmu di sekolah-sekolah formal, sehingga merekapun dapat memiliki keterampilan khusus yang diperlukan. Dengan demikian, mereka memiliki modal (Human Capital) untuk bekerja.
TKW Disiksa di Malaysia, Gigi Dicabut dan Organ Vital Dirusak
Kamis, 25 Desember 2014 | 22:59 WIB
KUPANG, KOMPAS.com
- Pelayanan Advokasi untuk Keadilan dan Perdamaian (Padma) Indonesia Wilayah
Nusa Tenggara Timur (NTT) meminta pemerintah Indonesia segera menghentikan
pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI), khususnya ke Malaysia.
Permintaan itu disampaikan Koordinator Padma Indonesia wilayah NTT, Felixianus Ali kepada Kompas.com, Kamis (25/12/2014) menyusul perlakuan kejam yang dilakukan oleh seorang majikan di Malaysia terhadap Meriance Kabu (32), tenaga kerja wanita (TKW) asal Kupang, NTT.
Dalam situs berita Malaysia, Themalaymailonline, Meriance mengaku selama enam bulan disiksa secara sadis oleh majikannya di apartmen Blok M10, Pandan Jaya, Ampang, Malaysia. Bahkan, Meriance mengaku giginya dicabut pakai obeng saat dia pingsan akibat dipukuli. Dia juga dipaksa meminum air urine sendiri. Lebih sadis lagi, organ vital korban dirusak oleh majikan perempuan dengan ditusuk pakai benda tumpul.
Permintaan itu disampaikan Koordinator Padma Indonesia wilayah NTT, Felixianus Ali kepada Kompas.com, Kamis (25/12/2014) menyusul perlakuan kejam yang dilakukan oleh seorang majikan di Malaysia terhadap Meriance Kabu (32), tenaga kerja wanita (TKW) asal Kupang, NTT.
Dalam situs berita Malaysia, Themalaymailonline, Meriance mengaku selama enam bulan disiksa secara sadis oleh majikannya di apartmen Blok M10, Pandan Jaya, Ampang, Malaysia. Bahkan, Meriance mengaku giginya dicabut pakai obeng saat dia pingsan akibat dipukuli. Dia juga dipaksa meminum air urine sendiri. Lebih sadis lagi, organ vital korban dirusak oleh majikan perempuan dengan ditusuk pakai benda tumpul.
"Penyiksaan kian brutal. Mereka memasukan sebuah benda keras dan besar ke organ pribadi saya. Selama tinggal di sana (rumah majikan), saya dilarang berkomunikasi dengan siapapun. Saya juga dilarang keluar dari apartemen. Saya tidak bisa meminta bantuan ke siapa pun karena takut ketahuan majikan saya," ucapnya kepada Themalaymailonline.
Meriance mengaku setiap hari selalu "mandi" darah. Akibat penganiayaan tersebut, saat ini Meriance menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Ampang, Selangor.
Atas perlakuan kejam itu, Felxianus Ali menyatakan sudah waktunya Indonesia segera menghentikan penyaluran TKI ke luar negeri, terlebih ke Malaysia, karena banyak kasus TKI/ TKW menjadi korban kekerasan di sana.
"Pemerintah Indonesia lewat Presiden Jokowi harus mendesak pemerintah Malaysia dan aparat Malaysia agar segera memproses pelaku yang telah menganiaya korban dengan cara yang tidak manusiawi itu,” tegas Felixianus.
Menurut Felixianus, Pemerintah Indonesia harus segera akhiri pengiriman TKI/ TKW ke Malaysia, karena banyak kasus kekerasan terhadai TKI di negeri Jiran itu.
“Untuk apa menjadi pahlawan devisa bagi bangsa dan negara serta keluarga, tapi toh disiksa kayak binatang? Mendingan akhiri saja hubungan diplomatik dengan Malaysia,” katanya lagi.
Duta Besar (Dubes) Indonesia di Malaysia harus segera mendesak pemerintah dan kepolisian Malaysia secepatnya memproses hukum pelaku penganiayaan tersebut. Pelaku sudah saatnya dihukum mati karena perbuatannya sudah melewati batas kemanusiaan.
“Dubes indonesia Herman Prayitno dan pejabat Atase di Malaysia yang sempat mengunjungi korban (Meriance Kabu), bukan untuk mengelabui mata masyarakat tapi harus tuntut dan mendesak pihak Malaysia untuk bertanggung jawab penuh atas peristiwa tersebut,” kata Felixianus.
Ke depan, kata Felixianus, pemerintah Indonesia dan Provinsi NTT harus menyediakan lapangan pekerjaan yang layak agar masyarakat Indonesia tidak pergi jauh- jauh pergi ke luar negeri hanya untuk mengadu nasib demi mencari sesuap nasi. Khusus bagi pihak perekrut yang telah mengirim korban ke Malaysia, harus bertanggung jawab atas kekerasan tersebut. Pihak perekrut kata dia, jangan "mencuci tangan" atas insiden tersebut.
“Padma Indonesia Provinsi NTT mendesak agar pihak Indonesia harus benar-benar menuntaskan semua kasus TKI/ TKW yang terjadi di luar negeri dengan secepatnya. Bagi masyarakat Indonesia, khususnya NTT, saran saya sebaiknya bekerja saja di kampung halaman sendiri walaupun hasilnya tidak bagus seperti yang diharapkan,” tuturnya.
Sumber
:
http://regional.kompas.com
Komentar
:
Dalam kehidupan di masyarakat hak asasi manusia mendapat perlakuan yang
berbeda-beda oleh pihaik-pihak tertentu, sehingga terjadi suatu pelanggaran
HAM. Diskriminasi rasial, etnis, agama, dan lainnya merupakan contoh
pelanggaran HAM. Salah satu masalah HAM yang cukup marak
saat ini adalah tindakan kekerasan terhadap TKI/TKW Indonesia
Pelanggaran HAM ini tidak hanya merupakan
masalah local dan regional di kawasan tertentu, namun juga merupakan masalah
global.
Solusi
:
- Membawa kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia ke pengadila hak asasi manusia dengan tetap menerapkan asas praduga tak bersalah.
- Membangun budaya hak asasi manusia.
- Berdayakan mekanisme perlindungan hak asasi manusia yang ada dan membentuk lembaga-lembaga khusus yang mengenai masalah masalah khusus.
- Mempergiat sosialisasi hak asasi manusia kepada semua kelompok dantingkat dalam masyarakat dengan mengikut sertakan LSM dalamkemitraan dengan pemerintah.
- Mencabut dan merivisi semua undang-undang peraturan yangbertentangan dengan hak asasi manusia.
- Memberdayakan aparat pengawas.
- Mengembangkan managemen konflik oleh lembaga-lembaga perlindungan hak asasi manusia.
- Memprioritaskan penyusunan prosedur pengaduan dan penanganankasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia.
- Membentuk lembaga-lembaga yang membantu korban pelanggaran hak asasi manusia dalam mengurus kompensasi dan rehabilitasi.
- Mengembangkan lembaga-lembaga dan program-program yang melindungi korban dan saksi pelanggaran hak asasi manusia.
- Kerjasama dalam hal pembangunan antara Pemerintah daerah dan wargamasyarakat Daerah perlu ditingkatkan. Sehingga bisa memberikanlapangan pekerjaan yang seluas-luasnya.
- Pemerintah harus bisa bekerjasama dengan masyarakat dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat.
- Pelanggaran hak asasi manusia terhadap TKI seharusnya ditanggapidengan cepat dan tanggap oleh pemerintah dan disertai peran serta masyarakat.
53 Persen Penduduk Indonesia Bermukim di Perkotaan
Selasa, 18 Oktober 2016 | 12:39 WIB
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dalam konferensi UN Habitat
III di Ekuador, Senin (17/10/2016). [Dok Kementerian PUPR]
Suara.com
- Delegasi Indonesia hadir dalam konferensi UN Habitat III terkait permukiman
dan perkotaan yang dimulai kemarin, Senin (17/10/2016) di Quito, Ibukota
Ekuador, hingga (20/10/2016).
Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Basuki Hadimuljono yang menjadi
pimpinan delegasi Indonesia mengatakan tantangan pembangunan permukiman dan
perkotaan saat ini dan ke depan di Indonesia akan semakin berat mengingat
tingkat dan laju urbanisasi yang tinggi. “Saat ini tidak kurang dari 53 persen
penduduk Indonesia bermukim di kawasan perkotaan, sedangkan kawasan perdesaan
terus mengalami perkembangan dan sebagian telah beralih menjadi kota,” kata
Menteri Basuki di Quito, Senin (17/10/2016).
Menteri Basuki
menambahkan kehadiran delegasi Indonesia di Quito dalam rangka mengawal draft
New Urban Agenda (NUA) atau Agenda Baru Perkotaan. Indonesia berperan aktif
sejak awal perumusan NUA, termasuk menjadi tuan rumah penyelenggaraan
Preparatory Committee Meeting 3 di Surabaya tanggal 25 hingga 27 Juli 2016
lalu, yang dihadiri oleh 142 negara sebagai ajang perundingan terakhir dan
menghasilkan Surabaya Draft sebelum NUA diadopsi oleh seluruh negara peserta UN
Habitat Conference III di Quito saat ini.
“Dalam New Urban Agenda ini kita sadar bahwa
urbanisasi adalah keniscayaan tetapi harus dikendalikan dengan perencanaan dan
metoda pembiayaan pembangunan permukiman dan perkotaan berkelanjutan secara
sosial, ekonomi dan lingkungan di setiap kota,” jelasnya.
Indonesia
berkepentingan dengan penyelenggaraan UN Habitat III ini karena NUA menentukan
arah kebijakan dan program pembangunan permukiman dan perkotaan 20 tahun ke
depan di Indonesia, yakni menciptakan kota yang inklusif, produktif, berdaya
tahan, hijau, cerdas sesuai dengan berbagai kriteria dan konsep-konsep kota
berkelanjutan.
Disamping Menteri
Basuki, turut menjadi anggota delegasi Indonesia antara lain Duta Besar/Wakil
Tetap Republik Indonesia (RI) untuk PBB Dian Triansyah Djani, Duta Besar RI
untuk Ekuador Diennaryati Tjokrosuprihatono, Staf Ahli Menteri PUPR Bidang
Sosial dan Budaya Lana Winayanti, Walikota Surabaya Tri Rismaharini, dan Deputi
Regional Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas Arifin
Rudiyanto.
Konferensi
selama 4 hari ini diikuti setidaknya oleh 50,000 delegasi dan partisipan dari
140 negara, diantaranya 11 Presiden, ratusan Menteri dan pejabat tinggi
pemerintahan, 200 Walikota dari seluruh dunia, unsur akademisi, perwakilan LSM,
swasta, serta para remaja yang akan mengadopsi New Urban Agenda sebagai
platform dan panduan universal yang berorientasi aksi nyata untuk pembangunan
permukiman dan perkotaan 20 tahun ke depan dalam menciptakan kota yang adil dan
berkelanjutan.
Sementara itu Dian
Triansyah Djani mengatakan Indonesia aktif memberikan kontribusi dalam
membentuk standar norma-norma baru pembangunan permukiman dan perkotaan.
“Selain itu,
Indonesia pun aktif dan siap untuk membagi kisah sukses pembangunan permukiman
dan perkotaan di Indonesia kepada berbagai negara lain di dunia, misalkan dalam
peningkatan akses air bersih dan sanitasi, pengentasan kekumuhan dan kemiskinan
perkotaan, pembangunan perumahan, dan lainnya,” terangnya.
Dalam konferensi
ini, Indonesia berharap bahwa partisipasi Indonesia dapat membawa berbagai
perkembangan positif dalam pembangunan permukiman dan perkotaan yang lebih
berkualitas melalui berbagai skema kerjasama internasional yang memberikan
keuntungan nyata bagi Indonesia.
Sumber : http://www.suara.com/
Komentar :
Perpindahan
penduduk, baik dalam emigrasi, imigrasi maupun pengungsian terjadi
dimana-mana di dunia ini. Faktornya bermacam-macam, mulai dari factor ekonomi,
bencana alam, wabah, politik sampai keamanan. Bagi pelakunya mungkin merupakan
jalan keluar dari masalah yang dialaminya, namun bagi kawasan yang
didatangi mungkin akan menjadikan suatu masalah, karena menyangkut tempat
penampungan, lapangan kerja, bahan kebutuhan, dan lain-lainnya. Masalah migrasi
ini merupakan suatu masalah global. Urbanisasi adalah
salah satu contoh masalah migrasi yang terjadi di Indonesia.
Solusi :
1.
Persebaran pembangunan industri sampai
ke daerah-daerah.
2.
Peningkatan pendapatan masyarakat desa melalui
intensifikasi dan Koperasi Unit Desa.
3.
Pembangunan fasilitas yang lebih lengkap seperti pendidikan dan kesehatan.
4.
Pembangunan jaringan jalan sampai ke desa-desa sehingga hubungan antara desa
dan kota menjadi lancar.
5.
Meningkatkan penyuluhan program Keluarga Berencana untuk mengendalikan
pertumbuhan penduduk di pedesaan
Langganan:
Postingan (Atom)